Arjuna Panengah Pandawa, mempunyai niat untuk menjalani laku prihatin, yang menurutnya ia merasa sangat prihatin akan terjadinya perang besar Bharatayudha. Menurutnya terjadinya perang besar itu hanya akibat adanya keangkaramurkaan. Untuk itu Arjuna akan menjalani laku prihatinnya, karena didorong keyakinannya untuk dapat memilah dan memilih hal yang baik dan yang buruk. Semua dilakukan dengan jujur agar mendapatkan keberhasilan sekaligus dapat memenangkan perang.
Disamping itu ia juga ingin mencari jati dirinya, memohon Sang Hyang Widiwasa agar mendapat jalan terbaik dan semua dilakukan dengan ketulusan hati serta niat yang suci. Semua beban hidup ia lepaskan, karena Arjuna pergi meninggalkan Kasatrian Madukara, juga meninggalkan isteri- isterinya, meninggalkan kemewahan serta kenikmatan duniawi.
Dengan ditemani oleh punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, Arjuna pergi menuruti kehendak jiwa ksatrianya, kehendak nan luhur, me- nyepi meninggalkan segala hiruk pikuk duniawi dengan berbagai macam godaan, dan berjuang melawannya dengan laku prihatin serta tapabrata.
Sampailah Arjuna di Indrakila sebagai tempatnya untuk ber- semedi, mesu raga dan budi untuk mencari jawab kegelisahannya yang sedang mendera kalbunya. Untuk kemudian mengubah namanya menjadi Begawan Ciptaning selama nglakoni semedi.
Dengan bertapanya Arjuna, seluruh petinggi kahyangan Suralaya geger, apalagi di Suralaya sedang ada intimidasi oleh raja raksasa Niwatakawaca yang tidak tahu diri minta bidadari Supraba untuk diperistri. Semua dewa kebingungan karena seisi kahyangan tidak ada satupun Dewa yang mampu menandingi kesaktian si Niwatakawaca.
Dengan keadaan yang demikian, para Dewa mengutus bidadari yang ber- jumlah tujuh untuk menggoda Arjuna. Karena keteguhan jiwanya, tak tergoda oleh godaan bidadari-bidadari tersebut, Arjuna tetap melakukan semedinya, tapi justru ketujuh bidadari itulah yang gandrung dan tergila-gila kepada Sang Maha Cakep itu.
Karena cobaan pertama gagal Bathara Indra menyamar sebagai seorang Resi yang tua renta, dihadapan Ciptaning, “Kamu bertapa untuk apa jika hanya mencari kebutuhan diri pribadi,” tukas Sang Resi.
“Hai, Sang Resi! Mestinya jika kamu Resi yang berjalan dalam laku ke- benaran serta kejujuran, nggak pantas kamu ngomong begitu. Karena mata batinmu sebenarnya tahu yang saya lakukan,” sahut Ciptaning.
Sang Resi diam.
“Tapa brataku tidak memburu keduniawian, akan tetapi untuk me- ngukuhkan darmaku sebagai seorang ksatria. Semua aku lakukan tidak untuk aku pribadi, istriku, keluargaku, namun aku lakukan untuk mencari jalan kebenaran untuk seluruh keluarga,” lanjutnya, dan perkataan itu meng- usir Resi yang berubah wujud menjadi Betara Indra.
Usai kepergian Batara Indra, Ciptaning masih mendapat godaan, goda- annya berupa seekor celeng. Seekor celeng itu merupakan jelmaan Dibya Mamangmurka utusan Prabu Niwatakawaca yang merasa terganggu dengan usahanya untuk mendapatkan bidadari dari kahyangan Dewi Supraba.
Akan tetapi karena ketulusan Ciptaning melakukan semedi, celeng itu dapat dengan mudah tersingkirkan.
Membangunkan semedi Ciptaning merupakan hal yang penting maka Betara Guru sendiri yang turun tangan membangunkan semedi Arjuna.
“Arjuna, aku yang menghendaki engkau terbangun dari semedimu,” gugah Batara Guru. Arjuna pun terbangun, ketika ia mendengar bahwa Batara Guru berjanji memenuhi segala permintaan Arjuna.
“Aku berjanji, semua permintaanmu akan terpenuhi asal kamu mampu mengusir musuh yang mengintimidasi kahyangan itu. Dan sebagai bukti kepercayaanku kepadamu, kamu aku beri pusaka Panah Pasopati,” lanjut Betara Guru.
“Baik Pukulun Betara Manikmaya, saya akan melaksanakan sebaik- baiknya,” Arjuna menyanggupi.
Arjuna pun berangkat memenuhi tugas untuk menyingkirkan peng- ganggu Kahyangan yang terkenal ampuh itu. Musuh yang dihadapi tak sem- barangan, maka Arjuna sangat berhati-hati, dan melalui Dewi Supraba, Arjuna mengetahui titik kelemahan Niwatakawaca. Dan Arjuna pun berhasil mengalahkan dan membunuhnya.
Niwatakawaca terbunuh dengan Panah Pasopati, ketika Niwatakawaca sedang tertawa terbahak-bahak, anak Panah Pasopati tepat mengenai lehernya. Dan itu merupakan titik kelemahan Niwatakawaca.
Sebagai ucapan terima kasih kepadanya, Arjuna dinikahkan dengan tujuh bidadari itu dan menerima pusaka Sarotama.
Dalam lakon Ciptaning ada beberapa tokoh utama. Tiga diantaranya adalah:
1. BEGAWAN CIPTANINGBEGAWAN CIPTANING
2. PRABU NIWATAKAWACA
3. DEWI SUPRABA
Sumber : Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman
Post a Comment for "LAKON 4: CIPTANING - Arjuna Panengah Pandawa"
Add your message to every single people do comment here